meet me on Facebook

Jumat, 15 September 2017

PERJALANAN


Malang, 15092017/10:01AM
"Kopi cangkir yang ke-sekian juta dalam perjalanan hidup."


Suatu ketika dalam perjalanan hidup.



Ada kalanya kita disepelekan.
Ada kalanya kita dipandang sebelah mata.
Ada kalanya kita dicibir, direndahkan, hingga dihina.
Ada kalanya kita tidak dihargai sama sekali.
Ada kalanya kita pula ditinggalkan begitu saja.


Biarkan.
Nikmati.
Sadari.
Bersyukurlah.
Jangan pernah sakit hati dan memupuk dendam.
Tetap bertahan hidup dan tersenyumlah.
Selalu tanam kebaikan meski duri menyakiti seluruh badan kita.


Sebab suatu saat kebaikan akan bersemi tanpa kita sadari.
Sebab suatu saat kebaikan akan bertumbuh dimana-mana.
Sebab suatu saat kebaikan akan berkembang jauh diluar nalar kita.
Sebab suatu saat kebaikan akan berbuah melampaui batas harapan manusia.
Sebab suatu saat pula kebaikan tidak akan habis dan mati layu begitu saja.



Karena kehidupan akan selalu berputar seiring usaha dan upaya baik kita.
Dalam meningkatkan kualitas hidup sebagai manusia yang berpotensi dan bermanfaat bagi sesama.


:)

*******

Sabtu, 12 Agustus 2017

Sekedar Ingin Berkarya

Malang, 11 Agustus 2017
"Entah pingin nulis sesuatu, tapi yang terjadi malah sebuah coretan saja."


@PENK2017

***

Sabtu, 24 Juni 2017

Happy Eid Mubarak - 1438H

"Selamat Idul Fitri 1438H. Maaf Lahir & Batin."
JUNI 2017



Secangkir kali ini tak berpasangan.
Seperti halnya aku yang masih mencari.
Di hari yang suci ini aku masih menjaga hati.
Meski ada yang datang silih berganti.

Hitam tak selamanya kelam.
Secangkir ini menunggu tambatan hati.
Membasuh diri sendiri atas segala noda yang mengotori.
Layaknya kopi yang selalu terisi kembali.

Sewindu sudah aku berjalan menapaki.
Ribuan bahkan jutaan cangkir kopi selalu memberi arti.
Hingga langkah menapak di hari ini.
Aku bersyukur Tuhan masih menyayangi.

Aku tahu keinginan tak selalu tercukupi.
Namun Yang Maha Esa pasti memberi apa yang aku butuhkan.
Dalam butiran-butiran ampas yang terselip doa.
Sujud syukur selalu ada atas karunia Illahi Rabbi.

Happy Eid Mubarak....

Kamis, 25 Mei 2017

Gombal Nih

Kopi saja bisa bikin deg-deg'an, apalagi kamu.


edisi nggombal pagi... 😄😄😄

***

Malang, 25 Mei 2017
~sedang berencana untuk bermalas-malasan sejenak~

Senin, 22 Mei 2017

RINDUKU RINDU



Aku rindu seutuhnya kepadamu.
Ya, itu benar.

Aku rindu sebagian sudut wajahmu.
Ya, memang tak salah.

Aku rindu tawa-tawa riang ceriamu.
Betul, itu tak bohong.

Aku rindu lirih manja bisikanmu.
Benar, memang itu yang kurasa.

Aku rindu tenangnya jiwa saat disampingmu.
Tepat, itu yang kuingin.

Aku rindu berbagi kehangatan denganmu.
Ya, memang itu sejujurnya sekarang.

Aku rindu berlama-lama dalam kerinduan ini.
Mungkin, itupun jika aku sempat.

Aku rindu untuk tidak merindukan ini semuanya.
Entahlah, sebab ini terjadi secara tiba-tiba.

Aku rindu untuk tidak menjadi aku di depanmu.
Tak mungkin, karena ini hanyalah rindu.

Aku rindu untuk tidak mengingat apapun itu sekarang.
Sudahlah, kuabiarkan itu berlalu sejenak, agar indahnya rindu dapat kurasakan sesaat.

***

Kamis, 11 Mei 2017

Pagiku Adalah

Malang, 11 Mei 2017
"Selamat Pagi Kopi."



Pagiku kopi.
Secangkir baterai yang penuh energi.
Kebahagiaan sederhana awali hari.
Sebuah rasa syukur yang tak pernah berhenti.

Pagiku tubruk.
Meski selusin kutenggak takkan membuatku mabuk.
Sebab kebaikan tak mungkin berubah menjadi hal yang buruk.
Jadikanlah kegagalan bagai sebuah cambuk.

Pagiku hitam.
Bukan berarti kelam.
Karena semangat tak pernah padam.
Seperti matahari yang menyinari alam.

Pagiku pekat.
Namun membuatku kuat.
Mungkin mereka bilang tak sehat.
Tapi selalu melatih untuk menjadi cermat.

Pagiku pahit.
Sejujurnya aku sudah lupa apa itu sakit.
Akan selalu ada tawa saat keadaan sedang menghimpit.
Pastikan itu membuat alis mereka mengernyit.

Pagiku manis.
Untuk bahagia tak perlu mengemis.
Sekalipun air mata sering jatuh layaknya gerimis.
Yakinlah akan ada hari yang menandai berhentinya tangis.

Dan Pagiku adalah kopi tubruk hitam pekat pahit dan manis.

***




Selasa, 09 Mei 2017

Kopi Solar

Rest Area Km 26
27 April 2017

Kopi Solar
Baru dengar kali ini aku namanya.
Seperti apa ya rasanya?
Bentuknya?
Aromanya?
Penasaran banget pingin nyobain.
.......

Hari ini mendung menggelayuti Kota Pahlawan.
Saatnya aku kembali ke kotaku yang cukup dingin menentramkan.
Pekerjaan masih di angka 70% menuju selesai.
Harus ekstra tenaga agar seluruhnya rampung tepat waktu.

Perjalanan pulang cukup melengang.
Tol tak sepadat kemarin saat aku berangkat.
Cuaca di luar cukup membuat gerah.
Segerah isi otak yang hampir mendidih memikirkan segalanya.

14:55 WIB
Apa salahnya berhenti sejenak?
Makan, minum, sholat, istirahat, atau ngopi mungkin?
Sepertinya itu ide yang bagus.
Segera banting stir ke kiri di rest area km 26.

Kedai kecil itu berisi puluhan sopir taxi.
Rame banget suasananya.
Tak sengaja mataku tertuju pada tulisan menu di kedai itu.
Cukup besar hurufnya untuk ditangkap mata minusku.
"KOPI SOLAR"
Saat kubaca, sontak saraf motorik dan sensorik membuat aku segera masuk kedalam kedai yang cukup berjubel itu.
Mencari meja kosong diantara mereka.
Lalu segera duduk dan memanggil salah satu karyawan kedai untuk memesan Kopi itu.

"Mas, ini kopi apa ya?", ujung jariku menunjuk pilihan tertinggi pada daftar menu.
"Ini kopi solar Mas. Cappucinno diblender sama bubuk kopi hitam dan es, lalu dikasih cokelat dan bumbu rahasia.", jawabnya sambil tersenyum.
Wah, unik banget namanya.
"Pesen satu Mas. ASAP ya.", kataku.
"Bukan diasap Mas. Diblender itu.", timpalnya.
"Hehee, maksutnya segera Mas. As soon as possible. Selak pingin tau rasanya."
"Owalah, okeeeee Mas, hehee.." jawab Mas karyawan sambil balik ke dapur.

5 menit kemudian,...

Datang juga ini kopi.
Wuih, penampilannya sederhana.
Cantik.
Aromanya sih, emang cappucino.
Ada sedikit coklat di dinding dalam gelasnya yang sampe berembun karena dingin.
Weeew, enak sepertinya.....

Hirup, Cecap, Sruput. Cecap lagi. Meresapi...
Ini benaran minuman???
Setengah gk percaya sih.
Begitu lewat lidah, taste cappucinonya segera ganti.
Mirip-mirip aroma bahan bakar solar.
Tapi, enak.
Beneran seger.
Begitu aroma solarnya ilang, kopi itemnya baru terasa.
Sumpah, unik banget ini kopi.
Membuat otak yang tadi hampir mendidih segera adem.
Melayang.
Terbuai.
Lalu terjun dan tenggelam dalam segelas Kopi Solar.

***





Senin, 08 Mei 2017

Hai Kopi

SURABAYA, 27 April 2017
"Thursday morning, Black Coffee, Low Nicotine."



Hai, Kopi.
Aku ingin bercerita.
Tentang angin.
Tentang hujan.
Tentang malam.
Tentang dingin.
Tentang pagi yang kembali cerah di sudut Kota Pahlawan ini.
Tentang apapun yang saat ini sedang aku hadapi.
Cukup kamu dengarkan saja, Kopi.
Tak perlu menyela.
Tak perlu menginterupsi.
Biarkan aku terbang sejenak.
Bisa berbagi cerita denganmu.
Meski sesaat, itu sudah cukup memperpanjang kisah hidupku.

Hai, Kopi.
Kamu memang pendengar yang bijaksana.
Jika rasa terima kasih yang aku ucap tak akan cukup bagimu.
Biarkan aku mencecapmu dengan sepenuh hatiku.
Hingga saripati yang kau miliki, meresap masuk hingga kedalam relung-relung hati.
Layaknya seluruh jiwaku yang memilikimu seutuhnya.

Hai, Kopi.
Tetap temani aku hingga tiba waktunya aku kembali.
Ke dalam pelukan hangat Sang Hyang Widhi.
Jangan pernah lelah.
Jangan pernah menyerah.
Tetaplah menemani aku.
Di setiap langkah.
Di setiap waktu.
Untukku.
Untuk kita.

Minggu, 07 Mei 2017

Pertanyaan vs Pernyataan

SURABAYA, 26 April 2017
"Cappuccino low sugar with high pressure job."




Suatu hari...
Si A bertanya ke aku, "Kamu ngopi terus aja, kapan nikahnya?".
Dengan tenang dan penuh senyum aku jawab, "Tenang aja, aku nikah hari Rabu. Ntar lagi juga dapet jodohnya dari secangkir kopi." .... 😄😄

Di hari yang lain...
Saat bertemu Si B, dia berkata, "Kerja terus niiiiih, jangan lupa nikah lho. Toh kerja segitu kerasnya belom ada yang dinafkahin kan??"
Sambil rileks aku jawab, "Aku gk lupain nikah koq. Situ tenang aja, sementara aku kumpulin dulu nafkahnya segede gunung. Ntar kalo udah nikah, gk usah mati2an nyariin nafkah. Tinggal nikmatin aja masa2 nikahnya. Bikin anak yang banyaaak." .... Hehee... 😁😁

Lalu di lain kesempatan...
Si C yang barusan nikah bilang, "Udah cepet2 nikah jangan nongkrong ngopi mulu, kerjaan kan juga bisa dilanjut ntar abis nikah."
Mikir bentar. Lalu aku jawab, "Iya juga sih. Tapi nikah kan hampir sama kaya ngopi nih, gk bisa buru2 juga kali. Gk ada nikmatnya ntar. Lagian beda dong dengan kerjaan, kalo gk buru2 kan gk dapat duit nih, kalo gk dapat duit jadi gk ada biaya nikah ma ngopi dong?" .... heuheuheu... 😜😜

Dan di sebuah moment yang spesial...
Mbah aku nih yang bilang, "Le, yo gek ndang rabi to. Kerjoanmu yo alhamdulillah wes lancar, arep ngenteni opo neh? Mbah selak pingin ngemong buyut."
Jlebbb..... Krik krik krik kriiiiik....... 😖😖

.....

Berat banget kaki ini melangkah, ngopi dan kerja dimanapun tempatnya jadi gimana gitu... 😓😓😓



Kamis, 20 April 2017

Entahlah

"Saat ingin menulis tentang berbagai cerita kehidupan, aku tak pernah berhasil menyelesaikan tentang yang satu ini."

Malang, 22 Januari 2017
#latepost



Terlalu banyak cerita dalam otak ini yang ingin aku tulis.
Terlalu banyak kata dan kalimat dalam otak ini yang ingin aku tumpahkan.
Namun aku tak tahu bagaimana dan dari mana harus memulainya.
Terkadang ambisi terlalu menggebu-gebu, untuk sekedar merangkai setiap kisahnya dalam sebuah prosa ataupun cerita.
Tapi itu tak pernah terjadi dan selalu berhenti begitu saja di tengah jalan.
Hingga tak satupun dari bermacam cerita itu yang tertulis rapi, meski hanya dalam secarik kertas.

Terlalu luas dan rumitkah? Apa mungkin akan terlalu panjang, sebab yang kuingat selalu begitu detail? Terlalu kompleks dan beragam alurnya mungkin? Atau memang Tuhan sengaja tidak mengijinkan, untuk sekedar aku tulis satu saja sebagai sebuah karya?

Entahlah...

Yang pasti aku tidak pernah berhasil menulis cerita-cerita itu meski hanya satu bait saja.
Selalu berakhir mengendap bersama ampas ribuan cangkir kopi saat aku mulai menumpahkan tinta.
Jadi aku akan berhenti berambisi menulis cerita tentang itu disini saja.
Biarlah cerita-cerita itu tetap ada dalam kitab kehidupan yang sudah pernah ditulis oleh-Nya.

_tak akan hilang dalam lupa, birlah mereka bersememayam tenang dalam pelukan waktu_ :)

***





Rabu, 19 April 2017

Mimpikah? Bukan!

"Tak pernah kusangka sebelumnya.
Tak pernah kukira yang sekarang ini nyata.
Aku telah mencapai sejauh ini."

Jakarta - 11 April 2017/06:00WIB



Selamat pagi Ibukota Indonesia.
Apa kabar mataharimu?
Secerah hatiku yang sedang bersemi di pagi inikah?
Atau begitu berenergi, layaknya baterai hitam kental yang kuminum saat ini?

Pagi ini rasanya seperti mimpi.
Sontak terbangun dalam hiruk pikuk sekian juta manusia yang mengawali hari.
Diantara riuh gemuruh roda-roda KRL Jakarta-Bogor.
Aku masih tak percaya sudah menapak sampai disini.

Bukan hal yang istimewa pada umumnya.
Bukan pula peristiwa yang perlu dikenang layaknya pahlawan perang.
Dan tidak juga di tempat spesial layaknya destinasi wisata yang sedang hits di media sosial.
Ini hanyalah tumpahnya perasaan yang entah bagaimana aku ingin menulisnya.

Sebuah rasa syukur berkedok sebuah kebanggaan.
Tentang apa yang telah aku bangun.
Yang cukup lama kami dirikan.
Yang kita rawat sampai sayapnya membentang lebar.
Yang membawa terbangbegitu jauh, lalu hinggap di Ibukota ini.

Ketika kata itu berkali-kali disebut.
Oleh mereka yang tak kukenal sebelumnya.
Oleh mereka yang tak pernah kutemui sebelumnya.
Oleh mereka yang memiliki kuasa gedung megah sana.
Oleh mereka yang begitu luas memeluk dunia.

Enigma.
Kudengar berkali-kali dari mulut mereka.
Menggema masuk melalui lubang telinga.
Merayap lembut membuat jantung dan hati ini berdebar memendam bangga.

Sudah sejauh inikah???
Atau aku sedang bermimpi???
Segelas baterai hitam kentalku kali ini masih tak sanggup menjawabnya.
Yang teringat hanyalah doa ada dimana-mana.
Diantara tapak yang penuh cerita luka. 
Disaksikan dua tahun yang penuh keyakinan berlipat ganda.

Ternyata ini nyata adanya.
Bukan mimpi belaka.
Bukan pula halusinasi semata.
Tuhan memang memberi jalan yang penuh makna.

Ibukota...
Semoga ini awal yang baik akan hubungan kita.



Rabu, 04 Januari 2017