"Angkringan, warung kopi, cafe, kedai kopi. Sebuah wadah sosial masyarakat untuk bertemu dan saling berkomunikasi. Terkadang tempat tumbuh dan berkembangnya sebuah cinta. Sering juga berfungsi sebagai tempat diskusi bisnis, tugas sekolah, hingga masalah politik dan ekonomi. Bertajuk secangkir kopi yang mengisahkan cerita setiap pribadi yang memesan setiap cangkirnya."
Cerita singkat kali ini...
Baru saja aku pulang dari sebuah kedai kopi di sudut Kota yang dingin ini. Setengah malam aku habiskan untuk membahas sebuah rencana gila bersama sahabat senasibku. Kandungan kafein murni meracuni otak kami hingga lupa waktu. Hahaa, Kopi Kaum Sudra namanya.
Sore tadi BBM mengisyaratkan tanda saatnya merapat. Seperti biasa kita "kopdar" untuk membahas hal2 yang perlu dimusyawarahkan bersama. Pak Jono si pemilik kedai sudah cukup hafal dengan wajah2 kami. Beli secangkir kopi, ngobrolnya hingga hampir dini hari. Maklum, terkadang jika sudah ketemu mufakat, bahasan lain bisa sampai berjam-jam jika sudah mabuk kopi.
Kopi Kaum Sudra. Nama yang asyik kusebut malam ini tadi. Karena kisahnya memang mencerminkan upaya kaum jelata yang mencoba bertahan hidup. Memiliki impian besar untuk menjadi kaum brahmana suatu saat kelak. Meski sekarang masih tertindas, tersisihkan, disepelekan, diremehkan, bahkan dipandang sebelah mata. Namun kami masih berupaya untuk tetap menghadapinya dengan senyuman.
Aroma kopi buatan Pak Jono mulai menginfeksi ide2 kreatif kami. Sudah tak ada lagi tempat mengeluh, maka mau tak mau kami harus segera menemukan solusi. Oleh sebab waktu yang tak mau menunggu lebih lama lagi, maka kami benar2 memeras hingga kering mencari sisa2 inspirasi di labirin tergelap otak yang kami miliki.
Setengah cangkir pun berlalu. Kami masih menyandang gelar kaum sudra yang tersisihkan oleh keadaan. Berharap mukjizat segera datang sebagai hadiah dari Illahi. Tiba2 tercetus ide yang hampir tidak mungkin untuk kami lakukan dalam keadaan seperti saat ini. Namun mustahil bukan kata yang kami kenal dalam kamus hidup yang kami miliki. Saatnya mencoba.
Setelah sederetan rencana tersusun serapi mungkin, mufakat datang bersamaan dengan ampas kopi yang mulai menghiasi gigi. Pak Jono pun sudah terbang ditelan sarung melewati batas mimpi. Saatnya pulang membawa rencana untuk diproses esok pagi. Dan Kopi Kaum Sudra malam ini menghasilkan sebuah solusi...
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar