meet me on Facebook

Senin, 22 Juni 2015

Coffee Joke

Suatu hari di sebuah klinik kesehatan di pedalaman sudut Indonesia. Seorang penduduk lokal yang sedang sakit datang untuk memeriksakan kesehatannya. Klinik kecil yang cukup istimewa bagi penduduk setempat ini hanya dihuni oleh seorang dokter pribumi setempat, yang terkenal sangat menyukai kopi sebagai minuman utamanya.
Miki, demikian nama penduduk lokal yang sedang sakit tersebut. Seperti biasa setelah melakukan pemeriksaan medis, dokter di klinik tersebut selalu memberikan obat dan secangkir kopi panas pada pasiennya secara cuma².
Dokter: "Miki, ini obat untuk Ko punya sakit demam. Sebelum Ko pulang dan istirahat, minum dulu ini kopi."
Miki: "Terima kasih, Dokter."
Tak lama kemudian Miki nampak kepanasan saat hendak meminum kopi tersebut.
Miki: "Kopi panas sekali ini Dokter. Aduuuh..." (menggerutu)
Tanpa berpikir panjang Miki langsung membuka obat pemberian dokter untuk sakitnya, lantas ia masukkan 1 tablet kedalam kopi yang hendak diminumnya tadi.
Dokter: "Hei Miki... Ko kasih masuk apa kedalam kopi itu?"
Miki: "Dokter kasih Sa kopi panas sekali. Sa kasih masuk obat penurun panas ke kopi biar dingin."
Dokter: "Ah Ko pu otak su tak kerja. Itu obat untuk diminum Ko pu sakit nanti. Bukan kasih masuk ke dalam kopi."
Miki: "$%&@###:ππ•|©™®[]%%$"

***

Jumat, 19 Juni 2015

Kopi Belanda ft. Kopi Susu (Ramadhan Terbang Tenggelam)

Sahur kedua pada Ramadhan kali ini tidak begitu istimewa. Hanya 3 cangkir Kopi Belanda dan Secangkir Kopi Susu sachet.
Di sela2 sibuknya lemburan mempersiapkan diri untuk mengejar impian di negeri orang. Serta semangat berjuang yang tak pernah pudar.
Meski badai tak kunjung berlalu. Aku masih tetap berjuang untuk mendatangkan pelangi keabadian. Terkadang meski menyamar dibalik tawa dan senyuman. Bahkan dalam penilaian orang lain terkesan meragukan hingga diremehkan.
Tidak mengapa. Aku sadar jalan hidupku harus seperti ini. Nikmati saja keadaan. Karena ini memang sebagian dari karya Sang Maha Asyik pada jalan hidupku.
Kopi Belanda feat Kopi Susu sahur kedua Ramadhan kali ini sungguh lengkap dalam kisah terbang dan tenggelam...

Rabu, 17 Juni 2015

Kopi Kaum Sudra

"Angkringan, warung kopi, cafe, kedai kopi. Sebuah wadah sosial masyarakat untuk bertemu dan saling berkomunikasi. Terkadang tempat tumbuh dan berkembangnya sebuah cinta. Sering juga berfungsi sebagai tempat diskusi bisnis, tugas sekolah, hingga masalah politik dan ekonomi. Bertajuk secangkir kopi yang mengisahkan cerita setiap pribadi yang memesan setiap cangkirnya."

Cerita singkat kali ini...

Baru saja aku pulang dari sebuah kedai kopi di sudut Kota yang dingin ini. Setengah malam aku habiskan untuk membahas sebuah rencana gila bersama sahabat senasibku. Kandungan kafein murni meracuni otak kami hingga lupa waktu. Hahaa, Kopi Kaum Sudra namanya.

Sore tadi BBM mengisyaratkan tanda saatnya merapat. Seperti biasa kita "kopdar" untuk membahas hal2 yang perlu dimusyawarahkan bersama. Pak Jono si pemilik kedai sudah cukup hafal dengan wajah2 kami. Beli secangkir kopi, ngobrolnya hingga hampir dini hari. Maklum, terkadang jika sudah ketemu mufakat, bahasan lain bisa sampai berjam-jam jika sudah mabuk kopi.

Kopi Kaum Sudra. Nama yang asyik kusebut malam ini tadi. Karena kisahnya memang mencerminkan upaya kaum jelata yang mencoba bertahan hidup. Memiliki impian besar untuk menjadi kaum brahmana suatu saat kelak. Meski sekarang masih tertindas, tersisihkan, disepelekan, diremehkan, bahkan dipandang sebelah mata. Namun kami masih berupaya untuk tetap menghadapinya dengan senyuman.

Aroma kopi buatan Pak Jono mulai menginfeksi ide2 kreatif kami. Sudah tak ada lagi tempat mengeluh, maka mau tak mau kami harus segera menemukan solusi. Oleh sebab waktu yang tak mau menunggu lebih lama lagi, maka kami benar2 memeras hingga kering mencari sisa2 inspirasi di labirin tergelap otak yang kami miliki.

Setengah cangkir pun berlalu. Kami masih menyandang gelar kaum sudra yang tersisihkan oleh keadaan. Berharap mukjizat segera datang sebagai hadiah dari Illahi. Tiba2 tercetus ide yang hampir tidak mungkin untuk kami lakukan dalam keadaan seperti saat ini. Namun mustahil bukan kata yang kami kenal dalam kamus hidup yang kami miliki. Saatnya mencoba.

Setelah sederetan rencana tersusun serapi mungkin, mufakat datang bersamaan dengan ampas kopi yang mulai menghiasi gigi. Pak Jono pun sudah terbang ditelan sarung melewati batas mimpi. Saatnya pulang membawa rencana untuk diproses esok pagi. Dan Kopi Kaum Sudra malam ini menghasilkan sebuah solusi...

***

Minggu, 14 Juni 2015

Cangkir Baru

Secangkir kopi kuseduh pagi tadi. Dengan takaran yang sama, racikan sederhana antara putihnya gula pasir dan hitamnya butiran bubuk kopi. Jujur dan apa adanya. Tanpa perlu menutupi kisah hidup yang sebenarnya. Pekatnya terasa, diantara butiran ampas yang mengambang terdapat semangat2 baru untuk menggapai kesempurnaan hidup. Lupakan pahitnya, nikmati manis aromanya dalam cangkir baru yang terlihat sederhana.
Pagi ini udara hangat tercipta oleh cantiknya mentari yang bersinar. Membuat otak ini cerah dan berseri kembali. Indah cahaya yang terpendar, membiaskan sinar diantara ampas2 yang mengambang. Menginspirasi ide tergila dalam hidupku. Saat kupandang cangkir baru itu seolah ia berkata, "Kejar impianmu, takut bukanlah halangan besar bagimu. Namun tetap ingatlah, kendalikan ambisimu. Tujuan yang baik tanamkan dalam hatimu." ...
Sejenak nyawa ini seperti melayang pergi jauh sekali. Terasa diriku mengambang terbang melayang bersama aroma kopi pagi. Jauh dan jauh sekali terasa. Sesaat ia kembali, segalanya menjadi terang benderang. Bersamaan mata memandang luasnya langit biru yang mempesona.
Tuhan, aku belum tahu maksut pesan yang Kau kirim lewat cangkir baru ini. Yang kumengerti hanya sebuah ide gila yang akan aku kejar. Untuk membuat impianku menjadi nyata. Aku akan pergi kesana. Tanpa beban, tanpa meninggalkan harapan.
Bismillah, semoga segera menjadi nyata..