meet me on Facebook

Selasa, 15 November 2016

Aku, Kawan Lama, dan Cerita Perjalanan

Tangan ini tergerak untuk sekedar mengabadikan moment sekejap yang terjadi saat senja kemarin.
Di dalam bilik kecil, di tempat kami berkumpul dalam produktifitas kerja menghasilkan setiap karya.
Seorang kawan yang sudah lama sekali tak bersua berkunjung untuk sekedar berbagi cerita.
Seperti biasa, sambutan hangat secangkir kopi dan sapaan dinding kantor yang bertuliskan 'Welkom op het hoofdkwartier van de Enigma' akan selalu menerima dengan baik setiap orang yang datang disini.


*
Kawan lama.
Ya, hampir 11 tahun kami tidak bercengkrama begitu akrab seperti dulu.
Hanya sekedar berbagi kabar selama ini.
Dan saling tahu sebatas cerita dari mulut-ke mulut tentang perjalanan kami masing-masing.
Sekian menit berselang, obrolan kami begitu cepat mencair melebur bersama pekatnya kopi hitam khas kantor ini.
Masih persis seperti 11 tahun yang lalu. Begitu akrab, saling terbuka, dan saling berbagi.

Dari obrolan yang bersifat umum kini mulai menyempit menjadi problematika pribadi.
Ada sedikit yang berubah dari kawan lama ini.
Sebegitu kusut wajahnya ketika menumpahkan cerita tentang perjalanan hidupnya akhir-akhir ini.
Tentang pekerjaan, rumah tangga, sosial, dan banyak lagi.
Seolah hanya dirinya yang benar-benar hidup dibawah tekanan di dunia ini.
Karena hanya keluh kesah sejauh ini yang kutangkap.
Mengabaikan dan melupakan pencapaian baik yang mungkin pernah ia dapat dan rasakan.
Dari sepengetahuanku, menurutku dia lebih dulu sukses dalam berkarya.
Sangat jauh, teramat jauh berada dalam puluhan langkah di depanku saat itu.
Sebab saat itu aku masih berada pada masa transisi.
Masa dimana aku masih belajar untuk mencecap pahit dan getirnya makna hidup.
Bahkan masih berenang, mandi, hingga terkadang tenggelam dalam kubangan lumpur hanya untuk mencari hakikat kata belajar.

Mungkin dia tahu proses hidupku kala itu, mungkin juga tidak.
Namun bukan itu masalahnya.
Penilaiannya dari sudut pandang yang sempit terhadap keberadaanku sekarang.
Tentang proses perjalanan hidupku yang disimpulkan secara enteng yang membuat aku ingin mengabadikan moment ini.
Tentang sebuah penilaian dari satu sudut pandang sempit yang bagiku berujung seperti sebuah penghakiman sepihak terhadapku.
Bagiku 11 tahun bukan waktu yang singkat untuk kata belajar.
Untukku 11 tahun bila dikalikan dengan secangkir kopi yang telah aku minum bisa jadi ribuan bahkan puluhan ribu cangkir.
Bila saja secangkir itu memiliki makna dan cerita, sudah berapa banyak prosa yang bisa aku tulis.
11 tahun itu menurutku bukanlah waktu yang telah aku sia-siakan begitu saja tanpa makna.
11 tahun adalah waktu yang begitu panjang untuk aku mengejar ketertinggalan.
Siapa bilang 11 tahun itu enak bagiku?

Aku bukan termasuk orang yang suka untuk dibandingkan dengan orang lain.
Karena menurutku setiap manusia itu memiliki karakter yang berbeda-beda.
Memiliki proses belajar dalam perjalanan hidup yang beragam pula.
Mungkin dulu aku akan begitu frontal menolak penilaian orang lain yang tak sepandang denganku.
Namun sekarang sudah jauh berbeda.
Saat aku lebih memilih untuk menerima, memilah, dan mengolah pandangan mereka.
Memahami dan memposisikan diri karena aku sadar masih tetap harus belajar.
Dengan pertimbangan alasan yang menurutku adalah yang terbaik.
Karena disitulah kehidupan akan terus berjalan menjadi lebih baik.

*
Dari sekian lebar perbincangan kami aku lebih banyak sebagai pendengar.
Sebagai tempat sampah keluhan-keluhan yang tak pernah aku jalani sendiri.
Sebagai sasaran pembanding hidup baginya.
Hingga kopi hampir tertinggal ampas, aku cukup berkata singkat saja dengan kuselipkan sebuah pesan.
"Hidup itu adalah sebuah pilihan kawan. Akan selalu ada resiko dan konsekwensi di setiap tujuan yang kamu pilih. Jika tidak berani menanggung resiko dan konsekwensi atas sebuah tujuan yang telah kamu pilih, menurutku tak usah hidup berlama-lama di dunia ini daripada dianggap plin-plan oleh Penciptamu. Belajarlah."

*
Senja kian lenyap ditelan malam.
Ketegangan sudah mulai luntur dengan mengingat guyonan-guyonan tentang masa lalu.
Suasana keakraban telah mencair kembali menggantikan secangkir kopi yang sudah tinggal ampas.
Dan bagiku, Enigma bukanlah tujuan akhir dari pilihan hidup yang telah aku tentukan.
Namun adalah salah satu pijakan langkah untuk terus menjalani hidup dalam proses belajar.

*****

PENK
Workshop Enigma Engineering
November 2016




Minggu, 18 September 2016

Cerita Pagi Sisa Hujan Semalam


"Sisa hujan semalam, masih menyisakan gerimis romantis di langit Sulawesi."

Tak lagi tertarik, menatap sekilas senyum yang tampak begitu menarik.
Tak ingin tertipu, sudut pandang mata ini kini tak lagi lugu.
Kukatakan cukup, saat melihat kening cantik untuk sekedar kukecup.

Entah...
Sekarang ini aku sedang tak ingin menoleh kebelakang, apalagi berbalik arah.
Biar...
Meski senja telah punah, sebab rasa yang pernah kumiliki terlanjur hambar.
Nikmat...
Saat ini aku berkelana dalam duniaku sendiri yang kuanggap hebat.
Nyaman...
Menyelami indahnya Secangkir Kopi kebahagiaan.
Amazing...
Sekalipun telinga menyerap bising, aku tak sedikitpun terasa bergeming.
Jauh...
Menjajaki setiap dermaga, yang benar-benar siap sebagai tempat sampanku berlabuh.

Manado, 15092016/07:34WITA

Selasa, 06 September 2016

Work Hard Play Hard


ENIGMAENGINEERING/05092016/21:00/Fakultas Teknik Sipil (Gedung D9) Universitas Negeri Malang

"Pada waktu bekerja, kita harus bekerja keras. Namun pada saat bersenang-senang, kita harus benar-benar menikmatinya."

Ini adalah semboyan yang penting bagi seorang pekerja bebas.
Tidak hanya bekerja keras, berpikir kreatif dalam berkarya juga sangat diperlukan.
Membangun dan terus membangun hubungan rekan kerja adalah syarat mutlak dalam mengembangkan usaha.
Tak perlu gengsi, harga diri terletak pada skill dan kualitas hasil kerja.
Kepercayaan dan kerja sama tim yang solid merupakan kuncinya.
Namun jangan lupa, KOPI tetap sebagai pelengkapnya.......

#enigmaengineering #workaholic

Kamis, 25 Agustus 2016

BALANCE OF LIFE


"Life is about balance. Be kind, but don't let people abuse you. Trust, but don't be deceived. Be content, but never stop improving yourself."

***

Dimana keseimbangan itu berada?
Tidak jauh.
Begitu dekat hingga terkadang tak tersentuh.
Diantara sadar dan tidak.
Tergantung setiap individu beserta kebijaksanaan masing-masing.

Bila secangkir kopi adalah keseimbangan hidup.
Tentu di dalamnya terdapat dua hal yang berdampingan.
Bahkan sekalipun bisa dikatakan bertentangan.
Ada gula, ada kopi.
Ada putih, ada hitam.
Manis dan pahit.
Panas bahkan dingin.
Itulah keadaan.

Dengan kebijaksanaan kita gunakan air untuk mencampur semua keadaannya.
Dalam sebuah wadah yang kita sebut sebagai cangkir.
Jadilah sebuah keadaan baru.
Secangkir kopi.
Bisa dicitrakan oleh mata.
Dikenal aromanya melalui hidung.
Dicecap rasanya menggunakan lidah.
Diimajinasikan di dalam otak.
Dan diresapi oleh hati.
Lalu disampaikan melalui lisan.

Kembali pada dimana keseimbangan itu berada.
Tidak jauh.
Begitu dekat hingga terkadang tak tersentuh.
Diantara sadar dan tidak.
Dia ada dalam nurani.
Logika dan perasaan yang memerankannya.
Gula dan kopi bisa dilihat.
Manis dan pahit bisa dirasa.
Berjalan beriringan dengan sendirinya.
Tergantung bagaimana kita melalui itu semua.

Hidupku hidupmu laksana cangkir.
Kosong sukar dikira
Lantas berisi hingga dapat dikenali.
Disinilah kosong dan isi akan hadir bergantian.
Menurut waktu dan keadaan.

Lalu.
Dimana sebenarnya keseimbangan itu berada?
Sekali lagi, tidak jauh.
Ada dalam diri kita masing-masing.
Sesuai setiap individu beserta kearifannya.
Memaknai setiap keadaan yang berbeda.

***

Senin, 18 Juli 2016

Ide dan Kopi, Pekerjaan dan Seni, Otak Ini Tak Juga Bereaksi

"Menulis, tak tahu apa yang harus kutulis. Mengeja saja lidah ini kelu, apalagi mengkonsep ide kreatif menjadi file presentasi buat rapat besok. Aaaaaah, pusing...!!!"

Secangkir kopi sudah hampir habis.
Bersamaan dengan imajinasi yang semakin terkikis.
Malam ini aku sangat memerlukan ide liar.
Berkaitan dengan terobosan inovasi teknologi dan sistem informasi sedang kami kejar.

"Sistem cerdas yang berdayaguna untuk masyarakat.", kata temanku beberapa hari yang lalu.
Apa ya??? Berhari-hari aku bergumam sendiri dan menggerutu.
Memaksa otak bekerja melebihi waktu.
Mencari-cari disela ampas kopi tentang ide gila yang sedang kami tuju.

***

Ahaa.....
Akhirnya Tuhan memberi ilham diantara cangkir kesembilan belas.
Konsep pengembangan teknologi pertanian dan perikanan berbasis sistem cerdas.
"Aquaponics with Smartphone System Control"


Konsep kerjanya sih udah ketemu di cangkir kesembilan belas sore tadi.
Tapi untuk menuangkan dalam file presentasi, sampai cangkir kedua puluh tiga otak masih belum bereaksi.
Entahlah...
Yang penting digambar saja biar besok masih tetap ingat.
Setidaknya dua puluh tiga cangkir kopi sudah tertuang dalam beberapa lembar coretan HVS 70gr yang masih hangat.

***

Minggu, 10 Juli 2016

Cangkir Belimbing

"Mbah Unthil", itulah sapaan akrabnya. Yang berarti anak terakhir yang paling muda diantara saudara2 sekandungnya. Pagi buta itu perempuan yang sudah berusia sangat senja sudah bangun dengan energi dalam semangatnya.

Sekejap aku terbangun oleh suara cangkir yang bersenggolan dengan sendok. Begitu merdu menusuk telinga, mengusik keasikanku saat mengembara dalam buaian mimpi. Sapa halus dan senyuman hangat Mbah Unthil segera memanggil setengah nyawaku masih belum kembali.

"Isih peteng lho ngger, kok wes tangi?" ("Masih gelap lho nak, kok sudah bangun?"), sapanya kepadaku sambil menyuguhkan secangkir kopi. Aku hanya tersenyum menatap wajahnya, sembari ia membalas dengan senyuman: "Iki wes tak gawekne kopi ngger, ndang di-ombe. Aku tak nutukne adhang sego." ("Ini aku buatkan kopi, segera diminum. Aku mau melanjutkan menanak nasi."), lanjutnya.



Istimewa sekali pagiku, secangkir kopi murni dalam cangkir belimbing. Kopi asli dari kebun belakang rumahnya, asli racikannya, asli sentuhan tangannya. Segera aku duduk menemaninya memasak di depan pawonan (kompor tradisional yang memakai kayu bakar) sambil menikmati kopi buatannya. Sumpah, ini adalah moment istimewa yang belum tentu aku temui dalam satu tahun. Menikmati harumnya aroma kopi murni dengan bau khas kayu bakar di depan pawonan Mbah Unthil. Luar biasa... :)

Gelap masih memeluk langit desa ini. Namun hidupku terasa lebih terang oleh aktifitas Mbah Unthil pagi itu. Sejenak aku berpikir dalam benak, mungkin seluruh mata uang di dunia ini tidak akan akan cukup untuk membayar moment seperti ini. Moment yang sangat istimewa, kesempatan langka yang diberikan Sang Maha Asik kepadaku. Terima kasih Tuhan, doaku agar Mbah Unthil senantiasa sehat dan panjang umur selalu. Amin yaa Rabb......

***

Kabupaten Malang, 08072016/05:55
Vendra Septianto


Senin, 27 Juni 2016

Senja Tak Sempat Bertemu Jingga


Sore tadi senja tak sempat bertemu jingga.
Angkasa Malang Raya seperti sedang dirundung duka.
Atau mungkin terlalu hanyut dalam haru hingga begitu puas tumpahkan airnya.
Terlena gema irama nada alunan musik rohani setiap peserta lomba.

Suasana rooftop sedang panas-panasnya.
Hiruk-pikuk anak manusia sedang tunjukkan kreatifitasnya.
Sederhana dalam pelukan Ramadhan yang penuh suka cita.
Berbaur melebur dalam acara Festival Musik Patrol se-Malang Raya.

Gema adzan maghrib terdengar sayup diantara jutaan tetes air langit.
Sementara aku mulai bingung mencari penenang otak yang telah terhimpit.
Lunglai berjalan menyusur selasar demi secangkir kopi manis dan pahit.
Menyegerakan berbuka melupakan persaingan lomba yang cukup sengit.

Tak lama kemudian aku menatap indahnya kota yang aku sayangi.
Seraya melayang jauh terbawa aroma kopi yang aku nikmati.
Kota ini sungguh menakjubkan tatkala senja datang menaungi.
Membuat bersujud lirih mengucap ke-Agungan Illahi.

Meski senja tak sempat bertemu jingga di sore ini.
Tidak mengapa karena aku yakin masih akan bertemu esok hari.
Setidaknya Sang Maha Pengasih masih memberiku kesempatan untuk saat ini.
Untuk secara khidmat meresapi makna cerita dibalik secangkir kopi.

***

Malang, 26062016/17:48
PENK

Minggu, 05 Juni 2016

Marhaban yaa Ramadhan.

"Bersihkan hati, luruskan niat, menghapus benci, memohon maaf dan memaafkan."


Setahun sudah berlalu.
Rindu ini telah mengendap menunggu kedatanganmu.
Seperti ampas kopi yang tak pernah kita teguk.

Senjapun telah lewat.
Merambat pelan arungi malam menyongsong fajar.
Menyambut khidmat akan kehadiranmu.

Jika ampas adalah noda yang membekas,
Maka biarlah bulan penuh berkah ini memberi kesempatan sebagai waktu penebusan,
Membasuh cangkir hati yang telah lusuh untuk memperbaiki diri,
Mengisi kembali secangkir semangat dengan memohon maaf dan saling memaafkan,
Hingga lurusnya niat terwujud di ujung kemenangan di hari yang suci nanti.


Marhaban yaa Ramadhan.
Selamat menunaikan ibadah puasa.

***
"feel good with coffee mood"

Selasa, 15 Maret 2016

Flores Manggarai di Sela-sela Obrolan


Ngobrolin tentang manajemen perusahaan adalah hal baru untuk menambah wawasan bagi kehidupan saya. Berbagi tentang pengalaman yang luar biasa bersama rekan kerja, merupakan kesempatan langka yang sangat patut untuk disyukuri. Tak perlu di tempat mewah layaknya cafe ternama, kedai kopi kecil yang tempatnya pengap sudah cukup untuk bercengkrama dan saling bertukar pikir berbagi cerita.
Malam belum beranjak larut, Obrolan semakin asyik. Suasana kedai semakin sesak bercampur udara yang kian penuh dengan asap rokok puluhan pengunjungnya. Sesaat sadar ada yang kurang. KOPI. Minuman yang kurasa bisa merangsang otak cerdas seketika. Membuat hidup lebih hidup. Pewarna keakraban saat berkumpul dan berbagi rasa.
Dari sekian banyak macam kopi yang disajikan di kedai ini, kopi khas daerah Indonesia masih mendominasi dalam daftar menunya. Rata-rata aku sudah pernah mencoba mencicipi dan meresapi rasanya. Tak jauh beda dengan kedai-kedai yang lain sih, namun ada satu cara penyajian kopi yang membuatku tertarik karena aku belum pernah mencoba. Kopi Flores Manggarai dengan penyajian V60. Seperti apa ya rasanya???
Setelah aku pesan, aku kembali melanjutkan obrolan sambil menunggu kopi pesananku. Otak sudah agak 'lola' sih, tapi obrolan kami masih cukup seru. Tak lama kemudian kopiku datang. Flores Manggarai dengan penyajian V60. Sederhana sekali penyajiannya. Tak seperti French Press, Vietnam Drip, atau serumit Syphon. V60 cukup disiram air mendidih secara perlahan dan langsung disaring dalam cangkir saji. Namun kesamaanya adalah aromanya yang tetap membuat hati terpikat dan terpesona untuk segera menikmatinya.
Sejenak aku benar-benar menikmati Flores Manggarai di sela-sela obrolan. Nikmat Tuhan yang luar biasa terwujud dalam secangkir kopi hitam ini. Otakku yang sebelumnya 'lola' kini terasa lebih cerdas kembali. Obrolan semakin asyik, wawasan bertambah luas, dan ilmu yang kami bagi seakan tak ada batasnya malam ini.

"feel good with coffee mood"

Senin, 15 Februari 2016

Singkat Saja

Jika dulu lebih banyak ngopinya daripada berkarya, maka sudah lain dengan sekarang. Lebih banyak berkarya daripada ngopinya.
#buildlove #coffee #makelove