Jika aku bubuk kopi jadilah kamu sebagai gulanya. Atau dibalik boleh juga, sama saja. Sadar kita memang berbeda, namun biarlah cangkir menjadi sebagai wadahnya yang akan kita sebut dengan asmara.
Seduhan air panas ibaratkan saja itu cinta. Kita bangun bersama hingga menjadi secangkir kopi hitam yang jujur dan tulus apa adanya. Biarkan orang lain sebatas tahu dan mengerti bagaimana wangi aromanya. Lantas biarlah Si Tuan Waktu yang menikmatinya perlahan, hingga kita menjadi tua. Kemudian suatu saat nanti kita akan berpisah, ketika ampas telah berubah menjadi maut yang menjemput salah satu dari kita. Hingga tinggallah sebuah cerita dan inspirasi kebaikan yang selalu hadir dan hidup di setiap nadi anak cucu kita.
Maka tibalah saatnya seluruh proses di atas adalah hakikat sederhana dalam membangun keabadian cinta. Bahwa apapun dan bagaimanapun keadaannya, kita tetap menjadi dan disebut sebagai secangkir kopi. Bersatu bersama-sama hingga habis dan tinggal ampas saja...
***
Sabtu, 04 Juli 2015
Secangkir Kopi Hakikat Abadi Cinta
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar