meet me on Facebook

Sabtu, 28 Juni 2014

DAN KALIMAT ITU ADALAH


“Datanglah segera dalam gigil tubuhku malam ini wahai kekasihku,  peluk aku dalam nafsu asmara kita. Puaskan malam yang panjang ini untuk mengarungi birahi kerinduan kita selama ini, sayang.”, kata Kertas kepada Pena.

*******



Malam semakin larut.
Merambah dini hari yang semakin dingin menemani insomnia akutku.
Tak ada gaduh suara binatang malam dari luar.
Kesunyian ini hanya terpecah oleh suara jarum jam dinding yang meronta-ronta di kamarku.
Di meja kayu ukuran 60x50cm ladang inspirasi karya-karyaku, hanya terdapat benda-benda  yang setia menemani kesendirian dini hari ini.
Secangkir Kopi, Rokok, Pena, dan Kertas.

Dingin malam kian merambat membekukan otakku.
Hanya pelukan kafein dan nikotin yang sedikit mampu memberikan kehangatan pada gigil tubuhku.
Di depan benda-benda diatas meja kayu itu aku mulai terbang ke alam imajinasi dan terhanyut dalam indah lamunan.
Hingga aku tak sadar bahwa mereka ternyata sedang bercakap-cakap satu sama lain.

*******

Secangkir Kopi memulai dialognya pada Kertas, “Maafkan aku kawan, bukan keinginanku untuk menginjakmu dibawah tubuhku yang bulat.  Namun alam bawah sadar Tuan kita yang melakukannya.”
“Tidak apa-apa kawanku, aku sangat memahami keadaan Tuan kita saat ini.”, jawab Kertas.
“Baiklah jika engkau memahami keadan ini kawan… Disaat seperti ini, ada yang ingin kutanyakan kepadamu.”, sahut Secangkir Kopi kepada Kertas.
“Silahkan kawan.”, jawab Kertas singkat.
“Tidakkah kau rindu pada kekasihmu? Tidakkah engkau rindu akan belaiannya ketika ia menari-nari diatas tubuhmu? Tidakkah kau rindukan goresan nakalnya pada saat bersetubuh denganmu? Tidakkah kau mengharap kehadirannya malam ini untuk memuaskan birahimu? Aku yakin engkau pasti merasakan kerinduan itu.”
“Sejujurnya aku benar-benar merindukannya dalam diamku, kawan. Aku sangat merindukan belaian tulus kasihnya. Namun apa yang bisa aku perbuat?”, sahut Kertas kepada Secangkir Kopi.

Tak lama kemudian Secangkir Kopi berkata, “Baiklah kawanku, aku akan membantu mewujudkan keinginanmu. Aku akan meracuni otak Tuan kita agar engkau segera bertemu dengan Pena, sang kekasihmu itu. Bersabarlah menunggu” …..

Di saat yang sama ketika Secangkir Kopi berdialog dengan Kertas, di sisi lain Rokok juga sedang berbincang-bincang dengan Pena.

Kata Rokok kepada Pena, “Maaf sahabatku, bukan keinginanku untuk menindihmu dengan tubuhku yang kotak ini.  Tapi alam bawah sadar Tuan kita yang melakukannya.”
“Tidak mengapa sahabatku, aku memahami keadaan ini.”, jawab pena sembari tersenyum.
“Wahai sahabatku aku ingin bertanya kepadamu.”, tanya Rokok pada Pena.
“Silahkan wahai sahabat.”
“Lihatlah Kertas putih kekasihmu itu. Ia terlihat sendiri kesepian tanpamu. Tercermin pada wajahnya bahwa ia sangat merindukan untuk kamu senggamai. Tergambar dalam mulus tubuhnya  bahwa ia sangat mendamba keperkasaanmu saat kamu menari-nari menggoreskan tintamu. Tersirat keinginannya akan kehadiranmu malam ini untuk memuaskan birahi kalian berdua dalam indahnya asmara kerinduan. Apakah kamu juga merasakan hal yang sama seperti kekasihmu itu?”, Rokok melanjutkan.
“Sejujurnya aku juga merasakan demikian yang kamu maksud dalam pertanyaanmu, sahabatku. Dalam diamku, aku sangat rindu membelainya dengan ketulusan cinta kasihku padanya. Namun apa yang bisa aku perbuat?”, sahut Pena kepada Rokok.

Sesaat  kemudian Rokok berkata, “Baiklah sahabatku, aku akan membantu mewujudkan keinginanmu. Aku akan meracuni otak Tuan kita agar engkau segera bertemu dengan Kertas, sang kekasihmu. Bersabarlah menunggu” …..

*******

Dini hari kian menjamah pagi.
Sejenak aku tersadar kembali dari alam lamunanku.
Seolah malaikat menyuruhku kembali ketika aku bertemu dengannya di padang rumput alam imajinasi itu.
Setengah cangkir kopiku mulai dingin.
Kucoba hangatkan kembali tubuh ini dengan menyulut sebatang rokok untuk yang kesekian kalinya.
Kulanjutkan kenikmatan ini dengan menyiram lidahku melalui tetesan-tetesan air kopi.

Beberapa waktu kemudian aku mulai berkarya mengisi insomnia akutku.
Kusahut pena diatas meja kayu itu.
Mencoret-coret kertas yang berada tak jauh disebelahnya.
Aku mulai menulis rangkaian kata-kata.
Dan kalimat awal yang aku tulis itu adalah:

“Datanglah segera dalam gigil tubuhku malam ini wahai kekasihku,  peluk aku dalam nafsu asmara kita. Puaskan malam yang panjang ini untuk mengarungi birahi kerinduan kita selama ini, sayang.”, kata Kertas kepada Pena.

********************


PENK, CREATIVEROOM, 28062014/01:15