“Datanglah segera dalam gigil tubuhku malam ini wahai kekasihku, peluk aku dalam nafsu asmara kita. Puaskan
malam yang panjang ini untuk mengarungi birahi kerinduan kita selama ini,
sayang.”, kata Kertas kepada
Pena.
*******
Malam semakin larut.
Merambah dini hari yang semakin dingin menemani insomnia
akutku.
Tak ada gaduh suara binatang malam dari luar.
Kesunyian ini hanya terpecah oleh suara jarum jam dinding
yang meronta-ronta di kamarku.
Di meja kayu ukuran 60x50cm ladang inspirasi karya-karyaku,
hanya terdapat benda-benda yang setia
menemani kesendirian dini hari ini.
Secangkir Kopi, Rokok, Pena, dan Kertas.
Dingin malam kian merambat membekukan otakku.
Hanya pelukan kafein dan nikotin yang sedikit mampu
memberikan kehangatan pada gigil tubuhku.
Di depan benda-benda diatas meja kayu itu aku mulai terbang
ke alam imajinasi dan terhanyut dalam indah lamunan.
Hingga aku tak sadar bahwa mereka ternyata sedang
bercakap-cakap satu sama lain.
*******
Secangkir Kopi memulai dialognya pada Kertas, “Maafkan aku
kawan, bukan keinginanku untuk menginjakmu dibawah tubuhku yang bulat. Namun alam bawah sadar Tuan kita yang
melakukannya.”
“Tidak apa-apa kawanku, aku sangat memahami keadaan Tuan
kita saat ini.”, jawab Kertas.
“Baiklah jika engkau memahami keadan ini kawan… Disaat
seperti ini, ada yang ingin kutanyakan kepadamu.”, sahut Secangkir Kopi kepada
Kertas.
“Silahkan kawan.”, jawab Kertas singkat.
“Tidakkah kau rindu pada kekasihmu? Tidakkah engkau rindu
akan belaiannya ketika ia menari-nari diatas tubuhmu? Tidakkah kau rindukan
goresan nakalnya pada saat bersetubuh denganmu? Tidakkah kau mengharap
kehadirannya malam ini untuk memuaskan birahimu? Aku yakin engkau pasti
merasakan kerinduan itu.”
“Sejujurnya aku benar-benar merindukannya dalam diamku,
kawan. Aku sangat merindukan belaian tulus kasihnya. Namun apa yang bisa aku
perbuat?”, sahut Kertas kepada Secangkir Kopi.
Tak lama kemudian Secangkir Kopi berkata, “Baiklah kawanku,
aku akan membantu mewujudkan keinginanmu. Aku akan meracuni otak Tuan kita agar
engkau segera bertemu dengan Pena, sang kekasihmu itu. Bersabarlah menunggu”
…..
Di saat yang sama ketika Secangkir Kopi berdialog dengan
Kertas, di sisi lain Rokok juga sedang berbincang-bincang dengan Pena.
Kata Rokok kepada Pena, “Maaf sahabatku, bukan keinginanku
untuk menindihmu dengan tubuhku yang kotak ini.
Tapi alam bawah sadar Tuan kita yang melakukannya.”
“Tidak mengapa sahabatku, aku memahami keadaan ini.”, jawab
pena sembari tersenyum.
“Wahai sahabatku aku ingin bertanya kepadamu.”, tanya Rokok
pada Pena.
“Silahkan wahai sahabat.”
“Lihatlah Kertas putih kekasihmu itu. Ia terlihat sendiri
kesepian tanpamu. Tercermin pada wajahnya bahwa ia sangat merindukan untuk kamu
senggamai. Tergambar dalam mulus tubuhnya
bahwa ia sangat mendamba keperkasaanmu saat kamu menari-nari
menggoreskan tintamu. Tersirat keinginannya akan kehadiranmu malam ini untuk
memuaskan birahi kalian berdua dalam indahnya asmara kerinduan. Apakah kamu
juga merasakan hal yang sama seperti kekasihmu itu?”, Rokok melanjutkan.
“Sejujurnya aku juga merasakan demikian yang kamu maksud
dalam pertanyaanmu, sahabatku. Dalam diamku, aku sangat rindu membelainya
dengan ketulusan cinta kasihku padanya. Namun apa yang bisa aku perbuat?”,
sahut Pena kepada Rokok.
Sesaat kemudian Rokok
berkata, “Baiklah sahabatku, aku akan membantu mewujudkan keinginanmu. Aku akan
meracuni otak Tuan kita agar engkau segera bertemu dengan Kertas, sang
kekasihmu. Bersabarlah menunggu” …..
*******
Dini hari kian menjamah pagi.
Sejenak aku tersadar kembali dari alam lamunanku.
Seolah malaikat menyuruhku kembali ketika aku bertemu
dengannya di padang rumput alam imajinasi itu.
Setengah cangkir kopiku mulai dingin.
Kucoba hangatkan kembali tubuh ini dengan menyulut sebatang
rokok untuk yang kesekian kalinya.
Kulanjutkan kenikmatan ini dengan menyiram lidahku melalui
tetesan-tetesan air kopi.
Beberapa waktu kemudian aku mulai berkarya mengisi insomnia
akutku.
Kusahut pena diatas meja kayu itu.
Mencoret-coret kertas yang berada tak jauh disebelahnya.
Aku mulai menulis rangkaian kata-kata.
Dan kalimat awal yang aku tulis itu adalah:
“Datanglah segera dalam gigil tubuhku malam ini wahai kekasihku, peluk aku dalam nafsu asmara kita. Puaskan
malam yang panjang ini untuk mengarungi birahi kerinduan kita selama ini,
sayang.”, kata Kertas kepada
Pena.
********************
PENK, CREATIVEROOM,
28062014/01:15